Rabu, 09 Februari 2011

Garuda pemakan bangkai

tunjangan dan pelengkap kebohongan terhadap masturbasi keagungan.

memuat penjelasan rinci dan cermat tentang bentuk - bentuk pemakaian kata - kata sampah yang bertujuan meningkatkan penguasaan terhadap kebusukan ide yang bersarang terang di dalam lampu pijar secara tepat.

pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris, kalian berdebat dengan Hedonisme yang menyalakan tanda - tanda seru titik dan koma secara akurat.

demokrasi menjunjung nilai- nilai anti kemanusiaan yang bergerak pada bidang keselarasan burung garuda yang beranak nepotisme turun menjadi darah hangat pada setiap kumpulan tinja basah yang menjadi modal untuk sebuah nyawa.

bentrok..
penganiayaan..
sara..
penggusuran..
menjadi tradisi kebanggaan nasional acuh tak acuh terhadap kaum telanjang yang sedang mengisi acara pada keganasan masal.

adalah kaum Mu’tazilah berkiblat kepada kaum Epikureanisme kaum jas hitam di perindah lipatan dasi dengan ukuran celana dalam yang melebihi ukuran otaknya berbaris rapi memperhatikan wacana keluh kesal rakyat.
di antara bara hitam pembakaran surga ibadah menjadi nilai - nilai tayangan yang sayang di lewatkan dan menjadikan jutaan nyawa sebagai pasar malam hiburan lepas.

mereka memuat pepatah bahkan ludah kental yang membentuk kata mutiara hingga bertujuan menyuntikan serum ke dalam semua insan untuk patuh tunduk terhadap sayap garuda yang telah lama menjadi simbol kekonyolan negara yang tidak mempunyai guru dari dahulu kala.

persaudaraan kami retak menggertak menjadi roti tawar berwarna coklat kombinasi pasukan langit biru yang membakar bulu - bulu mimbar kodrat pesta pora yang kalian bilang istana dan gedung bersimbolkan emas.

wahai kalian yang berhasil memperbudak leluhur kami.
dendam dan kutukan akan terkemas atas tulisan penyakit yang tidak akan di sembuhkan.

ketika para stoisis membangun kembali gedungnya vonis kepapaan ini akan menjadi fosil ukiran nyawa bayar nyawa sesuai dengan paragraf serta bab yang tidak asing lagi dengan seruan kaya semakin kaya dan miskin semakin tenggelam bersama era negeri ini.